Jumat, 29 Agustus 2008

Kekerasan ala Satpol PP Tak Dibenarkan

Indo Pos; Kamis, 28 Agustus 2008
SATPOL PP seyogianya menjadi ujung tombak pemerintahan kota dalam melakukan penertiban terhadap hal-hal yang dinilai melanggar tata ruang. Dengan dalih penertiban, PKL, asongan dan pengamen, penertiban dilakukan terus tanpa, mengindahkan sisi kemanusiaan dan solusi kengkret.
Terbaru, terjadi Selasa (27/8) di Sa­lemba, Jakarta Pusat. Aksi ini adalah salah satu tindakan tidak terpuji yang ditunjukkan oleh oknum ber­seragam biru tua ini. Apa pun alasannya, tindakan penyerbuan yang dilakukan oleh sekitar seratus lebih oknum Satpol PP Pemprov Jakpus ini adalah bentuk prema­nisme yang sedang dipraktekan oleh mereka.
Bak mempertunjukan aksi akrobatiknya di medan perang ok­num Satpol PP dengan gagahnya melontarkan satu per satu peluru batu ke arah gedung Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) yang juga menjadi sekretariat Gerakan Maha­siswa Kristen Indonesia (GMKI).
Kejadian itu berawal dari pener­tiban atau penurunan spanduk-spanduk mahasiswa GMKI yang beri­sikan nada-nada kecaman terhadap penertiban PKL. Hal ini kemudian berlajut dengan saling ejek antara mahasiswa dan Satpol PP yang berakhir dengan penyerbuan Satpol PP ke gedung PGI tersebut. Kaca-­kaca jendela dan ruangan sidang serta beberapa sepeda motor yang di parkir menjadi sasaran luapan kemarahan oknum Satpol PP yang tak bertanggung jawab ini.
Oleh sebagian orang yang tidak puas akan tindakan mereka, nama Satpol PP sering diplesetkan menjadi Preman Pemerintah atau Preman Pasar dan sebagainya. Maka dengan melihat kasus di atas, tidak salah lagi Satpol PP adalah sama dengan Preman Pasar. Preman kelas teri yang bentrok memperebutkan lahan parkir atau tak bedanya dengan siswa berseragam yang tawuran antar pelajar di jalanan ibu kota lantaran tidak terima temannya diejek.
Maka sangat diharapkan agar kejadian ini adalah yang terakhir dan tidak terulang kembali. Satpol PP semestinya lebih arif dan sabar dalam mengambil tindakan. Tidak semes­tinya aksi emosional warga diladeni dengan aksi serupa. Hal ini tentunya berakibat turunnya reputasi dan nama baik Satpol PP di masyarakat. (*)

Ina Patricia N.
Jalan Surya Pranoto, Petojo, Jakarta Pusat

Tidak ada komentar: