Senin, 08 Maret 2010
Tewasnya Tiga Korban di Sumur Sekda Akibat Kekurangan Oksigen
Sabtu, 6 Maret 2010 | 20:53 WITA
LEWOLEBA, POS KUPANG.Com -- Pemeriksaan luar terhadap tiga korban tewas di dalam sumur maut, Jumat pagi (5/3/2010), disimpulkan sementara akibat kekurangan oksigen di dalam sumur itu.
Penegasan itu diungkapkan dr. Jimy Sunur, dari RSUD Lewoleba, kepada Pos Kupang di Lewoleba, Sabtu (6/3/2010). Ia dihubungi terkait tewasnya Arianus Riwu, Petrus Boli Muda Pue, dan Jonas Pasius Ata. Mereka tewas ketika berupaya saling menolong untuk keluar dari sumur air di kediaman pribadi, Drs. Petrus Toda Atawolo, M.Si, Sekretaris Daerah (Sekda) Lembata, Jumat (4/3) pagi.
Kapolres Lembata, AKBP Marthin Johannis, S.H, mengatakan, kematian korban itu terindikasi kecelakaan. Meski demikan, penyidik tetap melakukan pengusutan dan pemeriksaan terhadap para saksi-saksi yang mengetahui kejadian itu. "Saya juga kaget, dalam perjalanan ke Kupang, Jumat siang dilapori kejadian ini. Polisi tetap usut, ini musibah kecelakaan. Yang mengajak orang lain yang membantu juga menjadi korban," kata Marthin ketika menelepon Pos Kupang, Sabtu malam. (Ius)
Suasana di Adonara Kembali Normal
Senin, 8 Maret 2010 | 16:08 WITA
KUPANG, POS KUPANG.Com -- Setelah perang tanding antarwarga Lamahala dengan warga Horowura di Kecamatan Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur, Minggu (7/3/2010) yang mengakibatkan lebih dari 20 orang terluka, suasana kini kembali normal.
Informasi yang dihimpun, pada Senin (8/3/2010) pagi, massa dua kubu sempat bergerak kembali ke lokasi pertikaian. Namun, aparat kepolisian dari Polres Flores Timur yang tiba di lokasi, berhasil mengendalikan suasana sehingga massa pun berhasil dibujuk untuk pulang.
Sementara itu, delapan warga yang terluka dan sempat dilarikan ke Rumah Sakit Umum Larantuka, empat di antaranya sudah dipulang. Satu korban lainnya yang terkena tembakan di bagian perutnya terpaksa dirujuk ke RS TC Hillers Maumere, karena harus dioperasi untuk mengeluarkan peluru. (iva)
KUPANG, POS KUPANG.Com -- Setelah perang tanding antarwarga Lamahala dengan warga Horowura di Kecamatan Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur, Minggu (7/3/2010) yang mengakibatkan lebih dari 20 orang terluka, suasana kini kembali normal.
Informasi yang dihimpun, pada Senin (8/3/2010) pagi, massa dua kubu sempat bergerak kembali ke lokasi pertikaian. Namun, aparat kepolisian dari Polres Flores Timur yang tiba di lokasi, berhasil mengendalikan suasana sehingga massa pun berhasil dibujuk untuk pulang.
Sementara itu, delapan warga yang terluka dan sempat dilarikan ke Rumah Sakit Umum Larantuka, empat di antaranya sudah dipulang. Satu korban lainnya yang terkena tembakan di bagian perutnya terpaksa dirujuk ke RS TC Hillers Maumere, karena harus dioperasi untuk mengeluarkan peluru. (iva)
Christian Rotok: Cukup Sudah Penghinaan Ini
Flobamorata
Christian Rotok: Cukup Sudah Penghinaan Ini
Pranda: Saya makan nasi, bukan makan uang
Jumat, 5 Maret 2010 | 19:23 WITA
RUTENG, POS KUPANG. com --Saya sudah bekerja maksimal untuk kemajuan daerah ini. Korupsi atau tidak, saya juga yang lebih tahu. Cukup sudah penghinaan ini. Kalau pun saya terbukti bersalah, saya siap diperiksa. Sebab, semua orang sama di hadapan hukum. Umumnya kita cenderung mengadili terlebih dahulu sebelum proses hukum itu berlangsung.
Hal itu disampaikan Bupati Manggarai, Drs, Christian Rotok, saat ditemui Pos Kupang di ruang rapat Nuca Lale, Kantor Bupati Manggarai, Kamis (4/3/2010). Dia ditemui untuk dimintai tanggapannya terkait aksi demo di Jakarta beberapa hari lalu yang menuding dirinya melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
Menurut Rotok, masyarakat Manggarai cukup cerdas dan cermat melihat proses dan dinamika pembangunan yang berlangsung selama ini. Selaku pucuk pimpinan, demikian Rotok, implementasi pembangunan selalu sesuai anggaran yang dibahas bersama. Porsi pembangunan berdasarkan kebutuhan masyarakat yang disinkronkan dengan kondisi keuangan daerah.
Dikatakannya, pembangunan daerah dijalankan secara bertanggung jawab dan bermartabat. Karena itu, tegas Rotok, sangat disayangkan kepada pihak-pihak tertentu yang memandang negatif terhadap kegiatan pemerintah dan menuding dirinya telah melakukan KKN.
"Saya tahu apa yang sudah saya buat untuk daerah ini. Manajeman pengelolaan yang kita terapkan terbuka, transparan dan akuntabel. Namun, apabila terbukti adanya penyimpangan atau korupsi, saya siap bertanggung jawab," tandas Rotok.
Dia mengaku tidak merasa terganggu dengan tudingan telah melakukan KKN dan aksi demo yang dilakukan warga asal NTT di Jakarta, awal pekan ini. Sebab, lanjutnya, apa yang disampaikan itu tidak memiliki data yang memadai. Bahkan, kata Rotok, apa yang diwacanakan dalam aksi itu hanya membangun opini publik untuk meruncing situasi daerah menjadi tidak kondusif.
Ditanya apakah aksi demo yang dilakukan oknum tertentu dalam rangka membunuh karakter Credo berkaitan dengan pemilu kada yang akan berlangsung 3 Juni 2010? Rotok enggan memberi jawaban.
Rotok enggan berkomentar karena ia beranggapan bahwa ruang demokrasi di negara ini terbuka bagi siapa saja untuk menyampaikan aspirasi. Hanya saja, Rotok menyayangkan jika aspirasi tersebut hanya mau menciptakan kondisi daerah supaya tidak kondusif.
Karena itu, Rotok mengajak seluruh masyarakat Manggarai jangan terpancing isu-isu murahan yang dimainkan oknum tertentu itu. Sebab, isu itu cenderung provokasi. Masyarakat diharapkan tetap tenang sambil menjaga kondisi kondusif di daerah ini.
"Saya harap kita ciptakan demokrasi dan pendidikan politik kepada masyarakat secara cerdas, rasional dan bermartabat. Kita bermain fair dan menjunjung tinggi napas demokrasi itu," katanya.
Pranda Bantah
Bupati Manggarai Barat (Mabar), Drs. Wilfridus Fidelis Pranda, membantah dirinya terlibat korupsi berbagai tender proyek di wilayah itu. Pranda juga menegaskan bahwa kewenagan mengenai urusan keuangan bukan pada dirinnya sebagai bupati, melainkan urusan satuan kerja perangkat daerah (SKPD).
"Saya ini makan nasi, bukan makan uang. Bupati urus rakyat, sedangkan yang urus keuangan ada pada SKPD," tandas Fidelis Pranda, menjawab pertanyaan wartawan mengenai dugaan korupsi yang dituduhkan padanya.
Fidelis Pranda dikonfirmasi Pos Kupang di ruang kerjanya, Rabu (3/3/2010), terkait aksi demo Formadda, JPIC, Florete, Ampera, dan Walhi di Jakarta, awal minggu ini.
Pranda mengatakan, demonstrasi itu hal yang wajar dalam berdemokrasi. Namun dalam menyampaikan aspirasi harus berdasarkan fakta. Jika tidak ada faktat, berarti para demonstran melakukan fitnah terhadap dirinya.
Karena itu, Pranda menilai tuduhan penyimpangan penggunaan keuangan terhadap dirinya merupakan hal yang tidak beralasan. Hal ini karena selama menjalankan tugas sebagai Bupati Mabar, ia tidak pernah melakukan penyimpangan atau korupsi dalam penggunaan keuangan daerah seperti yang disampaikan dalam aksi demo tersebut.
Dikatakannya, urusan keuangan mendapat pemeriksaaan dari Banwas, BPK, dan BPKP. Namun hingga saat ini belum pernah ditemukan pelanggaran penyalagunaan keuangan.
Menurut Pranda, aksi demonstrasi tersebut ditunggangi kepentingan politik.
Pasalnya, Mabar saat ini masuk suasana pemilihan kepala daerah. Karena itu, kata Pranda, tidak heran kalau banyak tuduhan yang tidak beralasan mulai muncul.
Pranda menegaskan, ia tidak pernah ikut campur dalam urusan proyek- proyek apapun karena ada SKPD yang mengatur hal itu. Karena itu, ia sangat menyesal demonstrasi yang sengaja memojokkan dirinya sebagai bupati.
Sebelumnya diberitakan (Pos Kupang, 2/3/2010), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) didesak untuk segera menangkap dan memeriksa Bupati Manggarai Barat, Fidelis Pranda, Bupati Manggarai, Chris Rotok dan Bupati Lembata, Ande Manuk, karena diduga terkait beberapa kasus korupsi.
Desakan tersebut disampaikan puluhan warga NTT yang menggelar aksi demo di gedung KPK Jakarta, Senin (1/3/2010). Puluhan warga NTT itu tergabung dalam Forum Pemuda NTT Penggerak Keadilan dan Perdamaian (Formadda), Franciscan Office for Justice, Peace, and Integrity of Creation (JPIC) OFM Indonesia, Forum dan Pemuda Flores-Jakarta (Florete) dan Aliansi Peduli Rakyat (Ampera) NTT, serta Wahana Lingkungan Hidup (Walhi). Massa juga mengarak keranda mayat sebagai simbol matinya penegakan hukum di NTT.
Bupati Rotok, beber mereka, didiuga menyelewengkan dana bantuan bencana tahun 2007 senilai Rp 65 miliar, penyalahgunaan rapel uang makan pegawai dan guru tahun 2007 senilai Rp 20 miliar; dana reboisasi Rp 38 miliar, kolusi antara bupati dan 58 kontraktor berbagai proyek yang asal jadi dengan kerugian miliaran rupiah. Dugaan lainnya, penyelewengan dana pemerintah pusat untuk proyek pengerukan dan pembangunan tanggul Wae Pesi tahun 2007 senilai Rp 7,3 miliar.
Bupati Pranda diduga telah menjual aset milik daerah berupa pohon jati senilai Rp 85, 4 juta, juga diduga mengorup dana pengadaan mobil dinas senilai Rp 4,1 miliar melalui penujukan langsung. Pranda juga dinilai tersangkta kasus belanja komputer yang tidak wajar senilai Rp 788,3 juta dengan beban perawatan Rp 148,5 juta, penguapan dana APBD 2004 senilai Rp 4,9 miliar.
Selain itu, ada temuan Banwas NTT mengenai penyimpangan dana Rp 10 miliar, kasus gratifikasi perjalanan bupati dan keluarganya ke Cina tahun 2008, serta membisniskan izin kuasa pertambangan pertambangan. (lyn/cc)
Christian Rotok: Cukup Sudah Penghinaan Ini
Pranda: Saya makan nasi, bukan makan uang
Jumat, 5 Maret 2010 | 19:23 WITA
RUTENG, POS KUPANG. com --Saya sudah bekerja maksimal untuk kemajuan daerah ini. Korupsi atau tidak, saya juga yang lebih tahu. Cukup sudah penghinaan ini. Kalau pun saya terbukti bersalah, saya siap diperiksa. Sebab, semua orang sama di hadapan hukum. Umumnya kita cenderung mengadili terlebih dahulu sebelum proses hukum itu berlangsung.
Hal itu disampaikan Bupati Manggarai, Drs, Christian Rotok, saat ditemui Pos Kupang di ruang rapat Nuca Lale, Kantor Bupati Manggarai, Kamis (4/3/2010). Dia ditemui untuk dimintai tanggapannya terkait aksi demo di Jakarta beberapa hari lalu yang menuding dirinya melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
Menurut Rotok, masyarakat Manggarai cukup cerdas dan cermat melihat proses dan dinamika pembangunan yang berlangsung selama ini. Selaku pucuk pimpinan, demikian Rotok, implementasi pembangunan selalu sesuai anggaran yang dibahas bersama. Porsi pembangunan berdasarkan kebutuhan masyarakat yang disinkronkan dengan kondisi keuangan daerah.
Dikatakannya, pembangunan daerah dijalankan secara bertanggung jawab dan bermartabat. Karena itu, tegas Rotok, sangat disayangkan kepada pihak-pihak tertentu yang memandang negatif terhadap kegiatan pemerintah dan menuding dirinya telah melakukan KKN.
"Saya tahu apa yang sudah saya buat untuk daerah ini. Manajeman pengelolaan yang kita terapkan terbuka, transparan dan akuntabel. Namun, apabila terbukti adanya penyimpangan atau korupsi, saya siap bertanggung jawab," tandas Rotok.
Dia mengaku tidak merasa terganggu dengan tudingan telah melakukan KKN dan aksi demo yang dilakukan warga asal NTT di Jakarta, awal pekan ini. Sebab, lanjutnya, apa yang disampaikan itu tidak memiliki data yang memadai. Bahkan, kata Rotok, apa yang diwacanakan dalam aksi itu hanya membangun opini publik untuk meruncing situasi daerah menjadi tidak kondusif.
Ditanya apakah aksi demo yang dilakukan oknum tertentu dalam rangka membunuh karakter Credo berkaitan dengan pemilu kada yang akan berlangsung 3 Juni 2010? Rotok enggan memberi jawaban.
Rotok enggan berkomentar karena ia beranggapan bahwa ruang demokrasi di negara ini terbuka bagi siapa saja untuk menyampaikan aspirasi. Hanya saja, Rotok menyayangkan jika aspirasi tersebut hanya mau menciptakan kondisi daerah supaya tidak kondusif.
Karena itu, Rotok mengajak seluruh masyarakat Manggarai jangan terpancing isu-isu murahan yang dimainkan oknum tertentu itu. Sebab, isu itu cenderung provokasi. Masyarakat diharapkan tetap tenang sambil menjaga kondisi kondusif di daerah ini.
"Saya harap kita ciptakan demokrasi dan pendidikan politik kepada masyarakat secara cerdas, rasional dan bermartabat. Kita bermain fair dan menjunjung tinggi napas demokrasi itu," katanya.
Pranda Bantah
Bupati Manggarai Barat (Mabar), Drs. Wilfridus Fidelis Pranda, membantah dirinya terlibat korupsi berbagai tender proyek di wilayah itu. Pranda juga menegaskan bahwa kewenagan mengenai urusan keuangan bukan pada dirinnya sebagai bupati, melainkan urusan satuan kerja perangkat daerah (SKPD).
"Saya ini makan nasi, bukan makan uang. Bupati urus rakyat, sedangkan yang urus keuangan ada pada SKPD," tandas Fidelis Pranda, menjawab pertanyaan wartawan mengenai dugaan korupsi yang dituduhkan padanya.
Fidelis Pranda dikonfirmasi Pos Kupang di ruang kerjanya, Rabu (3/3/2010), terkait aksi demo Formadda, JPIC, Florete, Ampera, dan Walhi di Jakarta, awal minggu ini.
Pranda mengatakan, demonstrasi itu hal yang wajar dalam berdemokrasi. Namun dalam menyampaikan aspirasi harus berdasarkan fakta. Jika tidak ada faktat, berarti para demonstran melakukan fitnah terhadap dirinya.
Karena itu, Pranda menilai tuduhan penyimpangan penggunaan keuangan terhadap dirinya merupakan hal yang tidak beralasan. Hal ini karena selama menjalankan tugas sebagai Bupati Mabar, ia tidak pernah melakukan penyimpangan atau korupsi dalam penggunaan keuangan daerah seperti yang disampaikan dalam aksi demo tersebut.
Dikatakannya, urusan keuangan mendapat pemeriksaaan dari Banwas, BPK, dan BPKP. Namun hingga saat ini belum pernah ditemukan pelanggaran penyalagunaan keuangan.
Menurut Pranda, aksi demonstrasi tersebut ditunggangi kepentingan politik.
Pasalnya, Mabar saat ini masuk suasana pemilihan kepala daerah. Karena itu, kata Pranda, tidak heran kalau banyak tuduhan yang tidak beralasan mulai muncul.
Pranda menegaskan, ia tidak pernah ikut campur dalam urusan proyek- proyek apapun karena ada SKPD yang mengatur hal itu. Karena itu, ia sangat menyesal demonstrasi yang sengaja memojokkan dirinya sebagai bupati.
Sebelumnya diberitakan (Pos Kupang, 2/3/2010), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) didesak untuk segera menangkap dan memeriksa Bupati Manggarai Barat, Fidelis Pranda, Bupati Manggarai, Chris Rotok dan Bupati Lembata, Ande Manuk, karena diduga terkait beberapa kasus korupsi.
Desakan tersebut disampaikan puluhan warga NTT yang menggelar aksi demo di gedung KPK Jakarta, Senin (1/3/2010). Puluhan warga NTT itu tergabung dalam Forum Pemuda NTT Penggerak Keadilan dan Perdamaian (Formadda), Franciscan Office for Justice, Peace, and Integrity of Creation (JPIC) OFM Indonesia, Forum dan Pemuda Flores-Jakarta (Florete) dan Aliansi Peduli Rakyat (Ampera) NTT, serta Wahana Lingkungan Hidup (Walhi). Massa juga mengarak keranda mayat sebagai simbol matinya penegakan hukum di NTT.
Bupati Rotok, beber mereka, didiuga menyelewengkan dana bantuan bencana tahun 2007 senilai Rp 65 miliar, penyalahgunaan rapel uang makan pegawai dan guru tahun 2007 senilai Rp 20 miliar; dana reboisasi Rp 38 miliar, kolusi antara bupati dan 58 kontraktor berbagai proyek yang asal jadi dengan kerugian miliaran rupiah. Dugaan lainnya, penyelewengan dana pemerintah pusat untuk proyek pengerukan dan pembangunan tanggul Wae Pesi tahun 2007 senilai Rp 7,3 miliar.
Bupati Pranda diduga telah menjual aset milik daerah berupa pohon jati senilai Rp 85, 4 juta, juga diduga mengorup dana pengadaan mobil dinas senilai Rp 4,1 miliar melalui penujukan langsung. Pranda juga dinilai tersangkta kasus belanja komputer yang tidak wajar senilai Rp 788,3 juta dengan beban perawatan Rp 148,5 juta, penguapan dana APBD 2004 senilai Rp 4,9 miliar.
Selain itu, ada temuan Banwas NTT mengenai penyimpangan dana Rp 10 miliar, kasus gratifikasi perjalanan bupati dan keluarganya ke Cina tahun 2008, serta membisniskan izin kuasa pertambangan pertambangan. (lyn/cc)
Jumat, 05 Februari 2010
Erni Mau Sogok Rp 100 Juta
LEWOLEBA, POS KUPANG. com -- Sehari sebelum pengumuman pemenang tender dua paket proyek di Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Lembata, Selasa (19/5/2009), Hamid Kosim, utusan terdakwa Theresia Abon Manuk alias Erni Manuk, menemui Kadis DKP membawa pesan dari Erni. Apabila Kadis DKP, Kedang Paulus, S.Pi, M.Si, memenangkan paket proyek kepada Erni Manuk, maka dia akan diberikan uang Rp 100 juta.
"Kejadiannya, Senin 18 Mei 2009 menjelang kantor tutup antara pukul 13.30 -13.45 Wita. Hamid datang isi buku tamu hendak menemui saya. Staf saya bawa masuk buku tamu ke ruangan saya. Saya tegur staf saya, supaya tamu datang besok pagi saja. Namun Hamid paksa bertemu, sehingga saya keluar berdiri di depan pintu ruangan kerja, larang semua staf jangan dulu pulang. Saya dan Hamid omong di dalam ruangan," tutur Kedang Paulus, Kadis DKP Lembata.
Keterangan ini disampaikannya kepada Ketua Majelis Hakim, JPL Tobing, SH, M.Hum, Wempy WL Duka, S.H, dan Gustaf Bless Kupa, SH, dalam sidang lanjutan pemeriksaan saksi pembunuhan Yohakim Laka Loi Langodai di Pengadilan Negeri Lembata, Kamis (4/2/2010).
Tim Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejari Lewoleba, Didik Setyawan, S.H,M.Hum, Jeremias Pena, S.H, dan Herdian Rahardi, S.H, menghadirkan tiga saksi, yakni Kedang Paulus, istri Yohakim, Ny. Sumiati, dan Hamid Kosim, utusan Erni Manuk. Namun Hamid sakit dan tak bisa hadir di persidangan kemarin.
Korban, Yohakim Langodai, Kepala Bidang Pengawasan Laut dan Pantai DKP Lembata, dibunuh, Selasa (19/5/2009), dan jenazahnya ditemukan, Rabu (20/5/2009) di ujung timur landasan pacu Bandara Wunopito. Kasus pembunuhan ini menyeret lima terdakwa, yakni Erni Manuk, Bambang Trihantara, Lambertus Bedi Langodai, Mathias Bala Langobelen, dan Muhamad Pitang.
Kedang Paulus dalam kesaksiannya, kemarin, menuturkan, Yohakim Langodai adalah sosok yang tak punya musuh. Di kantor dia sangat baik dengan semua staf, yang menyapanya opa. Sikapnya tegas dan kritis menyaksikan berbagai kasus penyimpangan proyek di DKP maupun proyek-proyek di instansi lain. Dia juga tidak setuju dengan penyimpangan yang membuat Lembata tidak bisa lebih cepat maju.
Paulus menjelaskan, dia terlibat pembicaraan dengan Hamid di ruangannya sekitar setengah jam. Ketika itu Hamid menyampaikan pesan Erni Manuk supaya kadis memenangkan paket proyek untuk Erni. "Saya katakan ulang kepada Hamid, proses proyek ini sudah capai tahap akhir. Saya masih komit dengan pernyataan saya sebelumnya, saya tidak mengintervensi panitia. Saya katakan proses tendernya murni dan profesional. Memo, surat sakti atau apa pun tidak akan saya hiraukan," tandas Paulus. Pada saat pelelangan proyek itu, Paulus sekitar lima bulan menempati jabatannya.
Dialog keduanya berlanjut. Hamid mengingatkan Paulus bahwa jabatan Kadis DKP bisa dicopot oleh Bupati Lembata bila tidak menangkan Erni Manuk, putri Bupati Lembata itu. Namun, Paulus menegaskan bahwa jabatan yang diembannya merupakan kepercayaan bupati, dia tidak minta. Kalau harus dicopot pun tidak apa-apa.
"Kalau pak kadis bersedia menangkan Erni, akan diberikan uang Rp 100 juta. Janji uang Rp 100 juta dikatakan Hamid sekitar dua sampai tiga kali," kata Paulus menirukan pernyataan Hamid. Tetapi Paulus mengingatkannya supaya jangan menyentuh aktivitas panitia. Mereka bekerja berdasarkan keputusan kepala dinas.
Usai pertemuan, Hamid kembali. Paulus kepada stafnya mengatakan ia terpaksa menahan stafnya tetap bersamanya di kantor, sebab Hamid pelatih tinju lokal. "Kalau saya sampai dipukul Hamid, kalian (staf) tidak tahu. Kami baru bisa pulang kantor sekitar pukul 15.00 Wita," tutur Paulus.
Ditambahkannya, Selasa (19/5/2009) pagi, ia berangkat dari Lewoleba ke Kupang dengan pesawat Merpati untuk urusan dinas di Kupang. Sekitar pukul 07.30 Wita, dia ke Bandara Wunopito, Lewoleba. Selang beberapa saat datang Bambang Trihantara mengemudikan mobil merah mengantar Erni Manuk dan anaknya, Yogas. Setelah check in oleh Bambang, Erni menuju ruangan VIP yang biasanya ditempati para muspida atau tamu pejabat lain yang hendak berangkat atau tiba di Lewoleba.
Setelah semua bagasi diturunkan dari kabin, kata Paulus, ia bersama Yan Sunur, keluar lebih duhulu dari ruang tunggu menuju pesawat. Paulus menempati kursi nomor urut dua dari belakang, dan di belakangnya ada Longginus Lega, Kadis Disperindag. Penumpang lain yang dikenalinya, Zakarias Paun, Kadis Sosial, dan Raymundus Beda, Kabag Ekonomi dan Pembangunan Setda Lembata.
Namun, Paulus mengaku tak mengetahui apakah Erni Manuk bersama Yogas anaknya ikut dalam penerbangan itu atau tidak. Ketika berada di dalam kabin, ia mengaku sangat terganggu dengan kondisi pintu pesawat karena kuncinya manual dan dikhawatirkan tidak nyaman. Lagi pula ketika masih di darat, disampaikan kelebihan penumpang, sehingga Toni Chandra, agen Merpati Lewoleba, menempati kursi milik masinis. "Saya khawatir kalau Toni sentuh kunci pintu dan terbuka. Konsentrasi saya hanya pada pintu selama 45 menit penerbangan itu," kisah Paulus.
Didesak ketua majelis hakim berulang kali, apakah ia menyaksikan seorang putri Bupati Lembata yang dikenal luas di masyarakat Lembata ikut dalam penerbangan itu, Paulus menegaskan sama sekali tidak memperhatikannya. Begitu pun setibanya di Bandara El Tari, Paulus menegaskan, ia tak perhatikan apakah Erni ada di sana bersama penumpang lainnya mengambil bagasi. Di ruang tunggu maupun di tempat tunggu taksi, ia tak perhatikan.
Kematian Yohakim, kata Paulus, diketahuinya setelah ditelepon istrinya, Mien Panjaitan, Rabu (20/5/2009). Ia memutuskan kembali ke Lewoleba dan tidak meneruskan urusan dinasnya. Ia tak tahu kapan Yohakim kembali ke Lewoleba dari Manado. Ketika pesawat tiba di bandara, Selasa, ia mengaku tak memperhatikan Yohakim turun dari pesawat sekembalinya mengikuti konferensi internasional konservasi laut di Manado.
Dikatakannya, keberangkatan Yohakim berdasarkan surat perintah perjalanan dinas yang ditandatanganinya. Meski semula ia keberatan karena Yohakim akan ditugaskan ke Jakarta melakukan konsultasi pengadaan kapal pengawasan, tetapi Yohakim diizinkannya berangkat bersama perwakilan WWF Lembata. Selama di Manado, Yohakim tiga kali meneleponnya. Pertama, menyampaikan dia telah tiba; kedua, menanyakan nomor HP anggota DPRD Lembata mengikuti konferensi karena tidak memperoleh penginapan; dan ketiga menyampaikan bahwa ia tetap bersama rombongan WWF kembali ke Lewoleba.
Paulus juga mendapat laporan stafnya bahwa pada hari Selasa pagi, Yohakim datang ke Kantor DKP mengambil gajinya. Stafnya memanggil Yohakim dan memaksanya menceritakan pengalaman mengikuti konferensi. Namun Yohakim keberatan. Dia ingin lebih dulu melaporkan ke kadis perjalanannya ke Manado. (ius)
Sumber; www.poskupang.com-Jumat, 05 Februari 2010
Rabu, 20 Januari 2010
Roman Sumantri- “Time is Life”
Sepulang Gereja dihari Minggu, Roman kecil diajak ayahnya jalan-jalan ke daerah Puncak, Bogor, Jawa Barat untuk refreshing maupun tujuan tertentu. Siklus ini telah menjadi rutinitas bagi Roman kecil dan ayahnya dihampir setiap hari libur. Namun, semua ini terasa hambar bagi Roman kecil. “Tak ada artinya, bila hanya datang dan pergi. “Suatu saat, gunung, bukit dan perkampungan yang terlihat dari kejauhan harus saya singgahi,” tutur Roman mengawali perbincangan dengan tim The Billionaire Magazine, sore itu di kantornya, bilangan Senen Jakarta Pusat.
Seperti kebanyakan anak-anak, pria bernama lengkap Roman Sumantri pun mulai meyukai sepeda sejak kecil. Namun itu hanya sebatas kesenangan semata. Belum terlintas dalam benaknya, kelak dia akan menjelajahi Indonesia dengan sepeda kesayangannya.
Niat untuk berkeliling menggunakan sepeda berawal diakhir tahun 2002 disaat dia baru menyelesaikan studinya. Saat itu Roman diajak oleh saudaranya ke sebuah toko sepeda. Di tokoh ini mereka berhasil membeli sebuah sepeda gunung untuknya.
Beberapa hari pertama, sepeda ini hanya diam dekat dinding di samping rumahnya. Pria kelahiran Jakarta, 12 Agustus 1976 ini tak pernah menyangka, kini dia telah memiliki sebuah sepeda. “Setiap hari saya hanya menatap kosong sepeda ini. Apa yang akan saya lakukan?,” kata alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Atmajaya Jakarta ini.
Akhirnya iapun memutuskan untuk mencobanya. Awalnya ia mendayung beberapa km di sekitar rumahnya. Kebiasaan ini dilakukan hampir setiap hari. Semakin lama, jarak yang ditempuhnya pun semakin jauh. “Pernah saya mendayung hingga 5 km. seluruh tubuh saya terasa sakit. Rupanya 5 km terlalu banyak bagi saya. Perlu waktu seminggu untuk sembuh,” jelasnya.
Siklus 5 km ini diulang Roman minggu berikutnya. Semuanya berjalan lancar. Fisiknya sudah bisa beradaptasi dengan aktivitasnya ini. Ia mengaku, tubuhnya terasa segar ketika siklus 5 km ini dilakukan setiap hari.
Roman sadar, hobinya ini harus terus diasah dan dikembangkan. Tahun 2003 ia mulai melakukan perjalanan pendek di sekitar Jakarta dengan beberapa komunitas sepeda. Ternyata, ia sangat menyukai tantangan ini.
Roman mengatakan, tahun 2003 adalah awal ia mulai melakukan perjalan pajang dengan sepeda kesayangannya. Dari dalam kota Jakarta hingga luar kota. Jakarta-Bogor-Jakarta adalah rute luar kota pertama yang ditempuhnya. Selain itu, kota Sukabumi pun ditempuhnya. Tak tanggung-tanggung dua sampai tiga hari dilalaui dengan kondisi jalan off road.
“Banyak teman-teman yang mengeluh dengan kondisi jalan dan cuaca. Tapi bagi saya, ini adalah bagian dari turing sepeda,” katanya mengenag perjalanannya ke Sukabumi.
Karena keinginannya begitu kuat maka, ia pun memutuskan untuk melakukan perjalanan sendiri. Hingga kini, 6 tahun menekuni hobinya tersebut, Roman telah menempuh jarak 100.000 km.
“Saya sangat menikmati setiap perjalanan saya. Setiap genjotan (dayungan) adalah kenikmatan yang tak tertandingi. Segera akan saya rencanakan untuk jarak yang lebih jauh,” akuhnya yang telah memiliki 7 sepeda ini.
Berani ‘Telanjang’ di Kampung Orang
Jika sebagian orang masih menganut prinsip time is money, beda dengan Roman. Dalam hidupnya, ia berpegang teguh pada prinsip Time is Live. Hal ini berkaitan dengan niatnya untuk mengelilingi dunia dengan sepeda kesayangannya.
Roman mengatakan, bersepeda baginya bukan hanya sekadar hobi. Banyak hal menarik dan berharga didapatnya. “Banyak pelajaran berharga yang saya dapat dengan melakukan turing. Di sana, saya bisa belajar mengenai adat dan kebiasaan setiap daerah,” tegasnya.
Meski telah terikat dengan dunia kerja, turing tetap ia lakukan. “Setiap ada liburan, sudah pasti saya genjot ke luar kota,” tutur pria yang juga gemar mengkoleksi tanaman hias ini.
Di tahun 2004 saja dia berhasil menembus jarak ribuan kilometer hingga daerah Jawa Tengah. Rute yang ditempuhnya saat itu adalah Jakarta-Jawa Barat-Jawa Tengah-Jawa Barat-Jakarta. Ini adalah rute terpanjang ditahun itu.
Bertepatan dengan cuti Lebaran 2005, Roman kembali menggenjot sepedanya ke Jawa Tengah. Kali ini, kampung halaman ibunya, Solo menjadi tujuan utama pria berusia 33 tahun ini. Selain itu kota Bantul dan Yogyakarta pun disinggahinya. “Kebetulan saya termasuk yang berperingkat di kantor sehingga masa liburan saya selalu ditambah satu minggu,” kata Roman mengisahkan perjalanannya yang selalu terhimpit waktu.
Tahun 2006, Jawa Tengah kembali menjadi daerah tujuan turing Roman. Namun, ditahun 2007, ia memutuskan untuk menambah rute perjalannya. Kali ini, Bali menjadi kota tujuannya.
Terakhir tahun 2008, propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah sasaran tembangknya. Ia melakukan turing selama tiga bulan lebih atau tepatnya 112 hari, dimulai dari rumahnya di kawasan Pasar Minggu, Jakarta, sampai ke propinsi NTT.
Roman mengatakan, selama satu tahun dia bisa melakukan tiga kali trip. Namun, trip-trip besar hanya satu kali. “Artinya, dulu 1000 km adalah trip besar saya. Tahun berikutnya 2000 km. Tahun lalu, 7500 km, dan kedepannya mungkin 15.000 km,” jelasnya seraya menunjukkan dokumen-dokumen perjalanannya ke NTT.
Kultur dan kebiasaan setiap daerah pasti berbeda-beda. Terkadang masyarakat setempat langsung menaruh curiga terhadap orang-orang asing yang memasuki daerahnya. Lantas apa yang menjadi kunci sukses lelaki yang berkeinginan menaklukan gunung Jayawijaya ini? Dengan lantang, Roman mengatakan, selain melapor diri ke kepolisian atau kepala desa setempat, hal utama yang harus dilakukannya adalah ‘menelenjangi’ dirinya.
“Saya harus bisa menelanjangi diri saya sendiri. Hal ini saya lakukan agar bisa masuk dan beradaptasi dengan masyarakat setempat,” Roman menjelaskan dengan penuh ekspresi.
Ternyata ampuh memang. Bagaikan tamu besar, Ia selalu mendapatkan pelayanan baik dari masyarakat setempat di hampur semua tempat yang ia singgahi.
Lamalera is The Best
Meski telah mencapai posisi yang sangat menjanjikan di sebuah perusahaan besar, Roman tetap memutuskan untuk resign. Hal ini semata dilakukannya untuk menunaikan rencana besarnya. “Saya diberikan fasilitas yang serba berkecukupan, tetapi saya tidak merasa nyaman di dalam zona itu. Saya harus ke luar dari zona ini. Karena yang saya cari bukan uang melainkan arti kehidupan yang sesungguhnya, Time is live,” jelas anak ketiga dari lima bersaudara ini.
Berbekal tas punggung dan bagasi yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan dan bahan makanan, Roman memulai perjalanannya. Hari itu, 12 Agustus 2008 atau bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke 32.
Roman pun mulai mengayuh read mom (sepeda kesayangannya) menuju popinsi NTT. Mengapa NTT? Roman mengatakan, NTT adalah daerah yang unik. Selain karena di sana banyak suku dengan adat yang berbeda, juga terdapat tempat-tempat yang indah.
Hampir semua daerah di NTT disinggahi Roman. Dari pulau Timor, Rote, Flores, Adonara, Lembata hingga Alor. Dari panorama alam Manggarai hingga indahnya danau Tri Warna, kelimutu. Dari Larantuka, kota yang terkenal dengan tradisi greja kunonya hingga Lamalera, desa yang terkenal dengan tradisi penangkapan ikan pausnya.
“NTT masih perawan. Tempatnya indah dengan bentangan laut dan ratusan pulau yang mengitarinya. Masyarakatnya pun sangat ramah dan mau berbagi. Sungguh unik NTT ini!” kenangnya.
Roman merasa sangat terkesan dengan keindahan alam dan panorama serta keramahan masyarakat NTT. Namun, yang membuatnya paling terkesan adalah Lamalera. Menurutnya, Lamalera adalah desa terunik yang pernah ia temui. Mengapa demikian?
Di Lamalera, ia banyak belajar mengenai keuletan dan kegigihan masyarakat dalam mempertahankan hidupnya. Selain itu, tradisi pengangkapan ikan paus juga menjadi atraksi yang sangat dikaguminya. “Setiap orang asing lokal yang datang ke sini, pasti diterimah dengan baik, karena mereka dianggap sebagai Urat Tuhan,” Roman menceritakan keramahan masyarakat Lamalera.
“Saya sering dimintai tolong oleh masyarakat setempat untuk medokumentasikan acarnya. Mulai dari sambut baru hingga urusan adat,” lanjutnya.
Di NTT, Roman menghabiskan waktunya sekitar tiga bulan. Tepat, 1 Desember 2008, ia tiba kembali di rumahnya, Pasar Minggu, Jakarta. Namun ini bukan akhir dari perjalanannya. Ia telah menargetkan, tahun 2010 nanti, Sulawesi hingga ujung timur Indonesia akan dikunjungi bersama red mom kesayangannya.
Alpen, Target Berikutnya
Pegunungan Alpen adalah target berikut Roman. Untuk mencapai mimpinya tersebut, ia memutuskan untuk terjun ke dunia bisnis MLM Biomagworld (BMW). Bersama groupnya Life Extra, sejak tahun 2007 ia mulai membangun jaringan.
Hingga sekarang, jaringannya telah menyebar ke penjuru negeri. Rupanya, beberapa orang yang masuk dalam jaringannya adalah mereka yang ditemui ketika melakukan perjalanan turing, seperti Lombok dan NTT.
Penghasilannya pun mulai meningkat. “Apabila BMW seri 7 sudah saya dapatkan, maka pegunungan Alpen akan saya daki bersama sepeda kesayangan saya,” jelas Roman. mengakhiri wawancara disore itu.
Pius Klobor
Langganan:
Postingan (Atom)