Surat Pembaca; Koran Tempo, 08 Januari 2008
Majikan Nirmala Bonat Bersalah
Setelah menunggu tiga tahun lebih, akhirnya pengadilan Kuala Lumpur, Malaysia, menyimpulkan bahwa Yim Pek Ha, majikan Nirmala Bonat, bersalah atas kasus penyiksaan dan perlakuan kasar terhadap Nirmala. Jaksa penuntut telah membuktikan empat tuduhan terhadap Yim dengan ancaman hukuman maksimum 20 tahun penjara serta hukuman denda atau hukuman cambuk. Yim diberi kesempatan hingga Mei mendatang untuk memperbaiki pembelaannya dengan menghadirkan saksi-saksi yang meringankan.
Nirmala disiksa oleh Yim selama kurang-lebih 9 bulan di sebuah kondominium di Kuala Lumpur dan ditemukan dengan kondisi sangat lemah oleh seorang satpam setempat. Perlakuan semena-mena dan biadab itu terjadi pada pertengahan 2003 hingga Mei 2004. Putusan pengadilan Kuala Lumpur tersebut tentu sangat dinanti-nanti oleh Nirmala. Pasalnya, dengan putusan pengadilan tersebut, pekerja Indonesia asal Desa Tuapakas, Kecamatan Kualin, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, ini akan segera kembali ke Tanah Air dan berkumpul dengan keluarga dan sanak saudaranya di kampung halaman. Putusan tersebut juga disambut baik di Tanah Air.
Pius Klobor, Sekjen DPC PMKRI Cabang Jakarta Barat Jalan Tanah Abang I 25/B, Jakarta
Surat Pembaca; Koran Tempo, 24 Januari 2008
Sepak Bola Seharusnya Pemersatu
Untuk sekian kalinya, sepak bola Indonesia dinodai oleh aksi-aksi anarkistis dan tidak sportif, baik yang dilakukan oleh penonton maupun para pemain. Kali ini, pada laga delapan besar Liga Djarum Indonesia tercetak sejarah hitam yang menambah panjang sisi suramnya persepakbolaan Tanah Air.
Pertandingan antara Persiwa Wamena dan Arema Malang yang berlangsung di Stadion Brawijaya, Kediri, Rabu pekan lalu, terpaksa dihentikan pada menit ke-71 lantaran suporter Aremania mengamuk, karena tidak puas atas kepemimpinan wasit. Dua hakim garis pun jadi korban keganasan penonton yang mengamuk dalam laga tersebut. Sehari setelah pertandingan, Kamis lalu, Stadion Manahan, Solo, kembali menjadi saksi bisu aksi kebrutalan yang ditunjukkan oleh pemain Persik Kediri dan Persija Jakarta. Sikap emosional yang berlebihan menyebabkan para pemain tak kuasa menghindari adu fisik di tengah lapangan hijau.
Memang aksi-aksi lapangan seperti ini tampaknya sudah tidak asing lagi di telinga para penggemar sepak bola Tanah Air. Sarana pengamanan dan ketidaktegasan serta kelalaian aparat menjadi faktor utama terjadinya kekisruhan di lapangan. Sepak bola yang sangat digemari ini seharusnya menjadi ajang pemersatu bangsa, bukan sekadar untuk unjuk kekuatan atau kebolehan antarklub atau daerah. Kita datang menyaksikan kepiawaian para pemain dari tim kesayangan kita, tapi ingat, kita satu bahasa, satu tumpah darah, dan satu bangsa: Indonesia.
Pius Lima Klobor, Sekretaris Jenderal PMKRI Cabang Jakarta Barat Jalan Tanah Abang, Jakarta
Surat Pembaca; Koran Tempo, 2 Mei 2008
Surat Pembaca; Koran Tempo, 2 Mei 2008
Pemilu Hari Minggu
Partisipasi pemilih dalam ajang pesta demokrasi Pemilu 2009 dikhawatirkan akan berkurang. Pasalnya, jadwal pemilu untuk memilih anggota DPR, DPD, dan DPRD tersebut jatuh pada Minggu, 5 April 2009, sehingga ada kemungkinan antusiasme pemilih, terutama dari kalangan Nasrani, akan berkurang. Tanggal tersebut juga bertepatan dengan perayaan Minggu Palma, yakni pembukaan pekan suci dalam rangka perayaan Paskah.
Seharusnya Komisi Pemilihan Umum lebih cermat dalam menentukan jadwal pesta demokrasi ini. Minggu adalah hari yang sakral bagi umat Kristiani untuk beribadat, apalagi bertepatan dengan hari raya Minggu Palma. Apabila pemilu tetap digelar pada hari tersebut, dapat dikatakan KPU telah membatasi dan melanggar hak asasi pemilih, terutama umat Kristiani, untuk memberikan hak politiknya.
Karena itu, KPU sesegera mungkin mengubah hari pemungutan suara tersebut ke hari efektif kerja, agar semua warga negara Indonesia yang mempunyai hak pilih dapat memberikan suaranya pada pemilu legislatif nanti.
Pius L. Klobor, Marga IV, Jalan Tanah Abang Jakarta Pusat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar